[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Teks Berita“]
Konawe, Rakyatpostonline.com – Tuduhan anarkis dan adanya penghasutan pada aksi demonstrasi di kawasan industri PT. Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT. Obsidian Stainles Stell (OSS), Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin kemarin (14/12/2020).
Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Buruh Jilid II, Ilham Saputra (Killing) mengatakan, terjadinya pembakaran pihaknya pertegas tidak bertanggung jawab atas insiden yang mengatasnamakan buruh. Sebab Aksi Buruh Jilid II, semata-mata untuk memperjuangkan hak buruh sesuai peraturan perundang-undangan, dan itu bukan bagian tujuan tuntutan masa aksi.
“Aksi kami adalah aksi damai untuk memperjuangkan hak buruh. Tepatnya Aksi dimulai pukul 06.00-12.00 WITA, yang dimana pada pukul 06.00 WITA kami melakukan orasi di lokasi, namun aspirasi kami selalu di tolak oleh pihak Humas, dan bahkan sampai megaphone di rampas hingga kabel megaphone diputuskan,” Ungkap, Ilham Saputra. Rabu, (16/12/2020).
Selama dua jam, Lanjut Ilham, ia melakukan orasi di depan pos penjagaan, dan pihak humas sedang berdiri di belakang personel kepolisian. Secara tiba-tiba masa aksi dilempari batu dan dikejar.
“Saya pun selaku korlap Aksi menghindari insiden perlemparan batu, dengan menarik mundur massa aksi. Sebelum beranjak pulang, kami sudah memerintahkan kepada massa aksi buruh agar tidak terlibat, dan terprovokasi saat insiden pelemparan batu oleh pihak petugas keamanan perusahaan,” Terangnya.
Lebih lanjut, Killing sapaan akrabnya, menghistorikan pembakaran yang terlihat melalui video sekitar Pukul 15.00 WITA, Hingga larut malam, ia tidak membenarkan itu bukan tindakan dari massa aksi buruh pada demonstrasi.
“Pemberitaan di media yang mengatakan kami profokator, mohon ditunjukan dimana letak tindakan provokatifnya, serta dimana kami menghasuti,” Tanya, Ilham.
Sebab menurut Ilham Saputra, dirinya tidak berada di tempat saat pembakaran terjadi dan ia tidak pernah memerintahkan untuk berbuat anarkis, apalagi membakar sejumlah fasilitas perusahaan setelah apa yang terjadi saat ini. (**)