PB HMI Desak Pemerintah Hentikan Mobilisasi TKA Ditengah Pandemi Covid-19

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Teks Berita“]
Jakarta – Rakyatpostonline.com |
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam angkat bicara terkait insiden bentrokan massa aksi dengan aparat kepolisian akibat aksi penolakan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang terjadi pada hari Selasa 23 Juni 2020 di Pintu Gerbang Bandar Udara Halu Oleo, Desa Ambaipua, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pejabat Ketua Umum PB HMI, Arya Kharisma Hardy, memaparkan mestinya pemerintah mampu menahan diri untuk tidak mendatangkan Tenaga Kerja Asing (TKA) di tengah situasi kebatinan masyarakat resah akan bahaya virus corona, apalagi pemerintah belum mencabut status pandemi Covid-19 ini.

“Wajar apabila hadir penolakan TKA dari Masyarakat, mestiny pemerintah menahan diri. Insiden tersebut terjadi akibat protes massa aksi menolak kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China ditengah pandemi covid-19. situasi kebatinan masyarakat masih was-was akan bahaya virus corona, apalagi pemerintah sampai saat ini belum mencabut status pandemi Covid-19 ini. Masa Iya, hanya karena investasi masyarakat dijadikan tumbal kebijakan,” Ungkap, Arya.

Pihaknya mendesak pemerintah segera menghentikan mobilisasi Tenaga Kerja Asing (TKA) demi kondusifitas daerah, sebab berdasarkan hasil penulusuran pengurus HMI Cabang Kendari menemukan bahwa ratusan kariawan yang dirumahkan oleh perusahaan hingga saat ini belum ditarik kembali bekerja dengan alasan pelonggaran kariawan akibat Covid-19. Persoalan tersebut dinilai arya dapat memicu ketegangan masyarakat akibat hadirnya ratusan TKA yang bisa menggantikan posisi para pekerja lokal.

“Mestinya pemerintah segera introspeksi diri, hentikan mobilisasi TKA demi kondusifitas daerah. Adik-adik kami didaerah menemukan masih ada ratusan kariawan yang dirumahkan oleh perusahaan, dengan alasan pelonggaran kariawan akibat Covid-19. Persoalan ini dapat memicu ketegangan masyarakat akibat hadirnya ratusan TKA yang bisa saja menggantikan posisi para pekerja lokal,” pungkasnya.

Kata Arya, saat ini menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat jauh lebih penting dari pada investasi. Ia juga menekankan pentingnya pemerataan kesempatan bagi pekerja lokal, agar manfaat investasi dapat dirasakan oleh masyarakat. Karena ia meyakini masih banyak tenaga kerja lokal yang mampu menempati peran-peran strategis didalam perusahaan.

“Ini soal keamanan, ketentraman dan masyarakat banyak, itu yang lebih penting dari investasi. Selain itu, pemerataan kesempatan bagi pekerja lokal mesti jadi prioritas, agar manfaat investasi dapat dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak tenaga kerja lokal yang mampu menempati peran-peran strategis di dalam perusahaan,” Cetusnya.

Untuk diketahui, massa aksi yang terdiri dari HMI Cabang Kendari, Tamalaki Sultra, Karadano Tolaki, BEM IAIN Kendari PMT Sultra dan BEM Nusantara Wilayah Sulawesi Tenggara berunjuk rasa menolak kedatangan 500 TKA asal China disimpang empat menuju Bandara Haluoleo di Desa Ambaipua, Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Massa melakukan aksi sweeping kepada setiap kendaraan khususnya roda empat yang keluar dari bandara. Namun berhasil didesak mundur oleh aparat kepolisian pada Rabu (24/6/2020) kemarin, dengan menggunakan water canon dan tembakan gas air mata, massa melemparkan batu dan kayu ke arah pihak kepolisian.**


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *