Konsep Ketahanan Pangan, Kelompok Taruna Tani Konasara Panen Perdana

Pemda Konut bersama Forkopimda dan Kelompok Taruna Tani Konasara Panen Perdana, Senin, (14/09/2020).

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Teks Berita“]
Konawe Utara, Rakyatpostonline.com |
Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Kelompok Taruna Tani Konasara (KTTK),
Kabupaten Konawe Utara (Konut)  Sulawesi Tenggara (Sultra) melahirkan ide untuk bergerak disektor ketahanan pangan, dengan cara bercocok tanam. Gagasan ini, selain untuk memperoleh tambahan bahan makan, juga menjadi upaya untuk mengatasi ekonomi dan melindungi diri dari covid-19.

Kordinator KTTK, Muharram mengatakan, usaha tersebut mulai di jalankan sejak awal april 2020 lalu bersama 15 orang anggotanya. Dari lahan seluas 12 hektar, ada 5 hektar tanah sudah dilakukan penggarapan dan ditanami sebanyak 33 jenis bibit sayur diantaranya, cabai besar, cabai keriting, sawi putih, gambas, barbagai macam jenis labu, sayur coll, paria, terong, tomat dan lainnya. Sumber dana melalui hasil patungan.

“Awalnya kami bercocok tanam di lahan yang kecil. Selanjutnya untuk pengembangan kami coba cari-cari pekarangan yang lebih luas, dan alhamdulillah pak Haji Ruksamin memberikan kami support meminjamkan tanahnya di wilayah pegunungan awila puncak menuju Ibu Kota Wanggudu untuk kami kembangkan usaha ini,” kata Muharram saat melakukan panen perdana sayur coll di lokasi.

“Dari 12 hektar, yang terpakai saat ini 5 hektar kami terus kembangkan. Sekarang kita liat sendiri hasilnya kita kami sementara panen untuk sayur coll dan gambas. Inilah juga kami undang dari unsur pemerintah termasuk Kepolisian, TNI ada juga dari Kejari Konawe agar bisa menjadi inspirasi untuk di kembangkan ke masyarakat,” Kata, Muharram saat melakukan panen perdana sayur coll di lokasi itu, Senin (14/9/2020).

Disampaikan, untuk sayur coll dan gambas yang di panen berjumlah masing-masing sebanyak 5 ribu pohon. Akumulasi nilai jual di pasaran per jenis sayur banyak Rp 50 juta. Sedangkan penjualannya di lakukan dengan cara sistem online, jual secara umum kepada masyarakat, dan ke perusahaan-perusaahan tambang seperti Morowali dan Morosi.

“Usaha ini ide emas, mengapa? Konawe Utara diapit banyak perusahaan tambang nikel yang membutuhkan pasokan besar untuk bahan makanan. Jika cocok tanam ini ditekuni, yakin ekonomi pasti teratasi dan tidak perlu lagi kita berburu kerja di tambang. Ini kami sangat rasakan manfaatnya, tinggal keseriusan, kemauan dan ketekunan kita,” ujarnya.

Diungkapkan, untuk seluruh tanaman di pastikan baik dikonsumsi karena proses perawatannya menggunakan pupuk organik dari kotoran hewan yang sudah diolah. Menghindari serangan hama, timnya tidak menyemprotkan bahan kimia melainkan menanam bunga-bunga di sekitar tanaman untuk mengalihkan perhatian hama yang dapat merusak tanaman.

“Selain tanam sayur, di lokasi ini kami juga kembangkan menjadikan wisata taruna tani. Orang kan sekarang banyak hobi selfienya, jadi kita desain dengan berbagai macam dekorasi menarik, unik dan indah sehingga orang tertarik untuk datang. Ini juga menjadi strategi untuk membantu penjualan, promosi melalui media sosial. Ketika orang datang, selain foto-foto sudah bisa beli sayur,” ujarnya.

Hadir dalam panen perdana itu, Bupati Konut, Ruksamin mengatakan, sebagai orang yang besar dari anak petani dirinya sangat mengapresiasi dan mendukung atas usaha yang dilakukan. Sebab, kegiatan ini membuka maenset setiap orang untuk terus mau berusaha, terlebih di masa pandemi covid saat ini yang membutuhkan biaya hidup besar ditengah keterpurukan ekonomi yang terjadi.

Dia menambahkan, selain sektor pendidikan dan kesehatan, ketahanan panganan dan pertanian merupakan skala prioritas masa kepemimpinannya saat ini. Tujuannya, untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik dan berkualitas. Dukungan berbagai fasilitas bantuan alat, pupuk dan lainnya juga telah disalurkan melalui instansi terkait ke kelompok tani yang tersebar di seluruh desa, kelurahan dan kecamatan.

“Ini luar biasa, kami harap masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan yang ada, paling tidak hasilnya untuk tambahan bahan makanan kita tidak perlu beli lagi. Di tiap-tiap desa, para kepala desa juga bisa mendorong untuk pelaksanaannya melalui dana desa, dana BUMDES tinggal di atur regulasinya seperti apa untuk dibantukan ke masyarakat,” Pungkasnya. (*TIM)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *