Konawe Utara, Rakyatpostonline.com – Fakta, Pantauan Rakyat Post di Tapunggaeya, sebuah wilayah di Blok Mandiodo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kini menjadi simbol nyata dari krisis ekologis akibat ekspansi pertambangan nikel yang masif.
Dahulu, Tapunggaeya adalah lanskap yang menyatukan keharmonisan antara manusia dan alam, hutan di dataran tinggi dikelola dengan kearifan lokal, kebun menjadi sumber pangan berkelanjutan, dan laut di wilayah pesisir menjadi ruang tangkap ikan serta sumber kehidupan masyarakat sekitar.
Namun, kini semua berubah drastis. Hutan-hutan dibabat, tanah digali menjadi lubang tambang, sungai-sungai tercemar lumpur dan limbah, dan wilayah tangkap ikan pun rusak. Akses masyarakat terhadap tanah, air bersih, dan pangan semakin menyempit.
Ruang hidup yang dulunya menjadi penopang kehidupan kini berganti wajah menjadi kawasan industri yang mengabaikan keberlanjutan ekologi dan hak-hak masyarakat lokal.
Kondisi ini mencerminkan wajah buram dari narasi “transisi energi hijau” yang ironisnya justru menghancurkan ruang hidup masyarakat adat dan lokal. Mereka tak hanya kehilangan tanah dan laut, tetapi juga kehilangan hak kelola, identitas budaya, serta masa depan yang layak.
Tapunggaeya bukan sekadar kisah lokal, tetapi alarm keras bagi kita semua: jika eksploitasi terus dibiarkan tanpa kendali dan tanpa keadilan, maka yang rusak bukan hanya ekosistem, melainkan juga nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan itu sendiri. (**)
Laporan : Muh. Sahrul