Sebelum Wafat, Desainer dan Penulis Terkenal Dunia Tulis Surat “Kematian”

Crisda Rodriguez.

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Teks Berita“]


Rakyatpostonline.com – Siapa yang tak kenal Desainer dan penulis terkenal Crisda Rodriguez, tak lagi bersedih atau berputus asa. Ia menulis surat pesan kepada para penggemarnya, juga kepada dunia: dia tak lagi akan memilikinya. ‘’Mungkin benar, di depan kematian kita akhirnya tahu, kita tak memiliki apapun yang dibanggakan. Selebihnya adalah bongkahan-bongkahan sesalan.’’ Berikut suratnya,


“Saya memiliki merek mobil paling mahal di dunia di garasi saya tapi sekarang saya bepergian dengan kursi roda. Rumah saya penuh dengan segala macam desainer pakaian, sepatu dan barang berharga. Tapi tubuhku terbungkus dalam lembaran kain kecil yang disediakan oleh rumah sakit,”

Ada cukup uang di bank. Tapi sekarang aku tidak mendapatkan keuntungan dari uang itu. Rumahku seperti istana tapi aku berbaring di ranjang ukuran ganda di rumah sakit. Aku bisa pergi dari hotel bintang lima ke hotel bintang lima lainnya. Tapi sekarang aku menghabiskan waktu pindah dari lab ke lab di rumah sakit. Aku memberi tanda tangan pada ratusan orang. Catatan dokter hari ini adalah tanda tanganku.

Aku punya tujuh perhiasan untuk menghias rambutku – sekarang aku tidak memiliki rambut di kepalaku. Dengan jet pribadi, aku bisa terbang kemanapun aku mau. Tapi sekarang aku butuh bantuan dua orang untuk sampai ke teras rumah sakit. Meskipun ada banyak makanan, tapi dietku ada dua tablet sehari dan beberapa tetes garam saat malam hari.

Rumah ini, mobil ini, jet ini, furnitur ini, begitu banyak rekening bank, begitu banyak reputasi dan ketenaran, tidak satupun dari mereka yang bermanfaat. Tak satu pun dari semua barang berharga bisa memberi saya lega.

Kehidupan yang sebenarnya adalah tentang menghibur banyak orang dan membuat mereka tersenyum, “tidak ada yang nyata selain kematian.” Hidup begitu singkat. Lalu apa yang harus di sombongkan, teruslah berbenah diri karena kita tidak tahu kapan kita dipanggil Tuhan.

Di twitter-nya, dia menulis, dan kita dapat menangkap kelegaan, juga semacam kepasrahan, bahwa dia sudah siap, dan menerima kematian yang pelan-pelan datang. Dan ini yang paling diingat follower-nya, ”Kemo tidak membantuku, saya hentikan. Saya lewati hari-hari terakhir dengan kegembiraaan bukan penderitaaan,” katanya. Dan dia pergi. Merasa berarti. Telah berarti. (**)


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *