Daerah  

Sosok Benny Wenda Dibalik Gejolak Rakyat Papua

Benny Wenda (*CNN)

Jakarta,rakyatpostonline.com – Massa aksi unjuk rasa mahasiswa Papua di depan Istana Kepresidenan Jakarta menyebut Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda mirip dengan Presiden pertama RI Sukarno pada era kolonialisme Belanda.

Orator aksi bernama Dano mengatakan cap separatis yang diberikan Pemerintah Indonesia kepada Benny juga pernah dialami Soekarno.

“Yang diucapkan Indonesia ke Benny Wenda, pernah dicapkan kolonial Belanda ke Sukarno. Dengan cap yang sama mengatakan pejuang itu separatis,” kata Dano dalam aksi ‘Aliansi Mahasiswa Antirasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme’ di depan Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis kemarin.

Nama Benny Wenda beberapa kali dielu-elukan dalam aksi ini. Mereka menyebut Benny sebagai pejuang sejati yang memperjuangkan nasib rakyat Papua Barat.
Dano juga mengajak massa aksi untuk terus bersama memperjuangkan referendum agar warga Papua bisa menentukan nasib sendiri.

“Lebih baik mati dalam perlawanan, jangan pernah diam. Papua!” kata dia.

“Merdeka!” balas massa aksi.

Aksi di depan Istana Kepresidenan juga diwarnai nyanyian lagu Papua Bukan Merah Putih.
Lagu dilantunkan sebelum massa membubarkan diri dan berangkat menuju Kantor LBH Jakarta.

Aksi dilakukan untuk memprotes pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, sabtu (17/8) lalu.

Pengepungan di Surabaya sempat diwarnai tindakan rasis terhadap mahasiswa Papua. Insiden ini yang lantas diduga memicu unjuk rasa di sejumlah daerah di Papua dan Barat.

Gelombang demo dan protes terjadi di sejumlah daerah seperti Manokwari, Sorong, Jayapura, Fakfak. Di daerah-daerah itu demonstrasi berujung kerusakan. Fasilitas pemerintah dan kendaraan dirusak massa.
Benny Wenda sendiri sudah bereaksi atas rusuh di Papua. Benny terutama merespons pernyataan Presiden Jokowi yang meminta masyarakat Papua memaafkan hal yang membuat mereka tersinggung.

Kata Benny pernyataan Presiden Jokowi itu tidak cukup meredakan kerusuhan yang telah berlangsung di Papua sejak awal pekan ini.

“Kata-kata Presiden Jokowi tidak cukup. Rakyat Papua tidak akan berhenti berjuang untuk meraih kesetaraan, pengakuan, dan referendum kemerdekaan,” kata Benny melalui pernyataan yang dirilis di situs ULMWP.

“Peristiwa seperti ini menunjukkan mengapa kami telah lama berjuang untuk referendum kemerdekaan. Rasisme terjadi bersamaan dengan kolonialisme dan represif. Layaknya orang kulit hitam di Afrika Selatan yang berjuang melawan apartheid, perjuangan kami melawan rasisme juga merupakan bentuk perjuangan untuk menentukan nasib sendiri,” ujarnya menambahkan. (*CNN/RP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *