Konawe Utara, Rakyatpostonline.com – Hingga kini, warga pengguna kendaraan motor maupun mobil masih harus mengandalkan jasa rakit tradisional (pincara) untuk melintasi ruas Jalan Trans Sulawesi yang tergenang banjir di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra).
Genangan air yang tak kunjung surut diduga kuat merupakan dampak dari aktivitas pertambangan yang membuka kawasan hutan secara masif.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Ridwan Bae, angkat bicara dan mendesak Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, untuk mengambil langkah tegas terhadap perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di kawasan tersebut.
Ia meminta agar pihak perusahaan segera melakukan reklamasi dan penanaman kembali pada area bukaan lahan di kawasan hutan guna mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut.
Ridwan menilai rencana pembangunan jembatan layang atau jembatan Bailey bukan solusi jangka panjang jika akar masalah tidak segera ditangani.
“Kalau kita hanya bangun jembatan, banjir tetap akan terjadi. Ini harus ditangani secara menyeluruh dari hulu ke hilir,” Tegas Ridwan Bae.
Ridwan Bae juga menyoroti bahwa banjir di Konut bukan hanya akibat curah hujan di wilayah tersebut, melainkan juga akibat banjir kiriman dari daerah lain seperti Kabupaten Konawe.
Ridwan secara terbuka menyebut PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang beroperasi di Konawe sebagai salah satu pihak yang memiliki keterkaitan dengan bencana ini.
“Walaupun tidak hujan, air tetap deras. Ini menunjukkan ada banjir kiriman, berarti bukan hanya Konut penyebabnya,” lanjutnya.
Pihaknyapun menegaskan perlunya tindakan konkret dari pemerintah provinsi untuk menertibkan dan mengevaluasi dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan di Sulawesi Tenggara. (**)
Laporan : Muh. Sahrul