Konawe Utara, Rakyatpostonline.Com – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Konawe Utara (Konut), menggelar bimbingan dan pelatihan pencegahan dan penanganan stunting, di Hotel Zahra Kendari, Selasa (5/7/2022).
Demi maksimalnya kegiatan, panitia menghadirkan pemateri berkualitas dalam pelatihan, yakni dari BKKBN Provinsi Sultra, Dinkes Sultra, Dinkes Kabupaten Konut, serta DPMD.
Materi bimbingan ini, diperuntukkan kepada TP-PKK tingkat Desa se-Kabupaten Konut. Hal ini sesuai dengan tujuan pemerintah pusat, menargetkan penurunan prevalensi stunting 14% di tahun 2024 dan target pembangunan berkelanjutan di tahun 2030.
Ketua tim penggerak PKK Konut, Hj Nur Ponira Ruksamin, mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan ini juga sebagai perwujudan dari peraturan Presiden RI Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Berdasarkan lima pilar percepatan penurunan stunting, akan disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mendorong dan menguatkan konvergensi antar program, melalui pendekatan keluarga berisiko stunting.
“Untuk mewujudkan maksud tersebut, maka TP-PKK desa harus ikut andil dalam membantu pemerintah dalam mencegah. Oleh karena itu TP-PKK desa perlu mendapat pelatihan atau bimbingan mengenai pencegahan dan penanganan Stunting,” katanya.
Tidak hanya itu, peran dari kepala desa selaku pembina PKK tingkat desa, juga sangat penting sekali dalam mendukung berjalannya program dan kegiatan ini. Salah satunya adalah program pengaktifan kembali Posyandu yang merupakan ujung tombak mencegah dan menanggulangi masalah stunting sejak dini.
Stunting bukanlah suatu penyakit menular, melainkan permasalahan yang disebabkan adanya kelainan akibat kekurangan gizi kronis yang di derita oleh anak, hingga mengalami gangguan pertumbuhan.
“Saya mengingatkan tentang pentingnya upaya pencegahan stunting agar dapat dilakukan sesering mungkin, sehingga Kabupaten Konut bisa terbebas dari permasalahan Stunting ini,” terangnya.
Nur Ponira mengimbau, peserta dapat mengikuti pelatihan penanganan dan pencegahan stunting ini dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, kemudian diterapkan dalam lingkungan desa, dan keluarga.
Karena lanjut dia, upaya pencegahan stunting membutuhkan penyuluhan tentang pemenuhan gizi pada masyarakat, ataupun wilayah yang tergolong rentan atas potensi stunting ini. Selain itu, penanganan stunting ini juga harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan.
Ia berharap, kegiatan pelatihan pencegahan dan penanganan Stunting semacam ini dapat memberikan edukasi dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat, dimulai dari lingkungan keluarga.
“Semoga melalui pelatihan ini bisa sedikit mengatasi masalah Stunting dengan memberikan pengetahuan langsung kepada Kader PKK,” tutupnya.
Laporan : Syaifuddin