Konawe Utara, Rakyatpostonline.Com –Upaya Pemerintah Kabupaten Konawe Utara (Konut) dalam memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana terus menunjukkan progres signifikan.
Melalui Program Desa Tangguh Bencana (Destana), BPBD Konut mendorong desa-desa menjadi lebih mandiri, sigap, dan tangguh dalam merespons berbagai potensi bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Program ini bukan sekadar agenda formal semata, melainkan langkah strategis untuk menanamkan budaya sadar bencana hingga ke tingkat akar rumput. Masyarakat desa diharapkan tidak hanya mampu mengenali risiko di wilayahnya, namun juga mampu bergerak cepat dan tepat ketika bencana melanda, serta dapat melakukan pemulihan secara mandiri tanpa selalu bergantung pada bantuan eksternal.
Kepala BPBD Konut, Ns. Muh. Aidin, S.Kep., M.M., saat dikonfirmasi pada Kamis (13/11/2025), mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini tengah fokus mendampingi Desa Laimeo, Kecamatan Sawa, dalam proses pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) dan relawan Destana. Pendampingan ini mencakup bimbingan teknis mengenai tugas, fungsi, dan peran penting para relawan serta struktur Pokja dalam menangani situasi darurat.
“Saat ini kami memfasilitasi Pemerintah Desa Laimeo dalam membentuk Pokja dan relawan Destana. BPBD hadir memberikan arahan teknis agar mereka memahami peran masing-masing dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana,” ujar Aidin.
Ia menjelaskan bahwa upaya mitigasi dan pengendalian risiko bencana menjadi prioritas yang dilakukan secara berkesinambungan oleh Pemda Konut. Wilayah Konut, yang terdiri dari 13 kecamatan, memiliki sejumlah titik rawan bencana, mulai dari banjir, tanah longsor, hingga cuaca ekstrem. Karena itu, kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci penting dalam mengurangi dampak kerusakan dan korban jiwa.
“Selain mitigasi, kami juga melakukan penanggulangan cepat setiap kali terjadi bencana. Termasuk beberapa waktu lalu ketika Desa Laimeo mengalami bencana alam, kami langsung turun melakukan penanganan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Konut, Afandi, S.Km., menegaskan bahwa Program Desa Tangguh Bencana dirancang dengan lima tujuan utama yang saling berkaitan, yakni:
1. Mengurangi dampak bencana, baik korban jiwa maupun kerugian materi, dengan persiapan dan perencanaan yang lebih matang.
2. Meningkatkan kesiapsiagaan, melalui edukasi serta pelatihan masyarakat mengenai tindakan yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana.
3. Membangun ketangguhan masyarakat, sehingga warga tidak hanya menjadi objek, tetapi menjadi aktor utama dalam proses penanggulangan bencana.
4. Mengembangkan kapasitas kelembagaan desa, termasuk penguatan peran pemerintah desa, pemanfaatan sumber daya lokal, serta peningkatan partisipasi masyarakat.
5. Mempercepat pemulihan pascabencana, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar hingga pemulihan infrastruktur desa yang terdampak.
Afandi menambahkan bahwa pembentukan Satgas dan Relawan Destana di Desa Laimeo akan berlangsung selama 16 hari. Selama periode tersebut, berbagai elemen masyarakat seperti pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh adat, perempuan, hingga generasi muda akan dilibatkan secara aktif.
“Kami ingin memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat memahami peran mereka dalam menghadapi bencana. Partisipasi generasi muda juga sangat penting, karena mereka adalah motor penggerak dalam setiap program sosial yang berorientasi pada penguatan desa,” tegasnya.
Dengan adanya program ini, Pemkab Konawe Utara berharap setiap desa mampu berdiri lebih kuat menghadapi ancaman bencana, serta menjadi contoh bagi desa lainnya dalam membangun ketangguhan berbasis komunitas. Program Destana di Desa Laimeo pun diharapkan menjadi model implementasi sadar bencana yang berkelanjutan dan benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat.
Laporan : Red

