Mahasiswa dan Tendik Kritik Panggung Pencitraan Politeknik Bombana

Politeknik Bombana

Bombana, Rakyatpostonline.com – Kekecewaan mendalam dirasakan mahasiswa dan tenaga kependidikan (tendik) Politeknik Bombana menyusul tidak terealisasinya janji-janji yang disampaikan dalam konferensi pers pada 15 April 2025 lalu di Coffee Shop Teratas, Rumbia.

Janji yang kala itu disampaikan dengan penuh keyakinan oleh sejumlah pihak, termasuk Ketua Pembina Yayasan dan Direktur Politeknik Bombana, kini dianggap tak lebih dari retorika tanpa wujud nyata.

Konferensi pers yang turut dihadiri oleh Wakil Direktur II, dosen, mahasiswa, serta Anggota DPR RI Fraksi PKS, Ismail Bachtiar itu menjanjikan bahwa persoalan keterlambatan gaji dosen dan tendik akan diselesaikan paling lambat akhir April.

Baca Juga :  Politeknik Bombana 'Ingkar Janji' Tuntutan Pembayaran Gaji 22 Bulan Belum Direalisasikan

Namun hingga memasuki awal Mei, janji tersebut tak kunjung terealisasi. Gaji belum dibayarkan, sementara pihak kampus seolah menghindari pertanggungjawaban.

“Kami mencatat siapa yang hadir, siapa yang bicara, dan siapa yang berjanji. Jangan kira kami lupa. Kami mahasiswa, bukan penonton yang mudah dibodohi oleh pencitraan,” tegas Andi Syahril, mahasiswa aktif Politeknik Bombana.

Baca Juga :  Politeknik Bombana 'Ingkar Janji' Tuntutan Pembayaran Gaji 22 Bulan Belum Direalisasikan

Keluhan serupa juga datang dari kalangan tendik yang berharap adanya tindakan nyata pascakonferensi pers tersebut.

“Kami sudah terlalu sering diberi harapan palsu. Kebutuhan hidup tidak bisa dibayar dengan janji,” ujar salah satu tenaga kependidikan yang enggan disebut namanya.

Mahasiswa dan tendik menilai forum yang semula dianggap sebagai titik terang penyelesaian justru berubah menjadi panggung pencitraan yang menyesatkan. Mereka menuding para pemangku kepentingan gagal menunjukkan tanggung jawab atas krisis yang berlangsung berlarut-larut.

Baca Juga :  Politeknik Bombana 'Ingkar Janji' Tuntutan Pembayaran Gaji 22 Bulan Belum Direalisasikan

“Kami akan terus mengingatkan, bahwa mereka yang tampil di depan kamera sebenarnya sedang mempertontonkan kepengecutan dalam bentuk lain,” lanjut Andi.

Seruan ini kini menjadi suara kolektif untuk menolak forum-forum formal dijadikan alat manipulasi publik. Mahasiswa dan tendik menegaskan bahwa jika sikap tidak berubah, mereka siap mengambil langkah lebih besar dengan menyuarakan aspirasi secara terbuka dan lantang di ruang publik demi menuntut keadilan. (**)


Laporan : Muh. Sahrul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Hubungi Admin!