Karya Anak Lokal Rasa Nasional, AJPAR Aplikasi Serba Bisa

Sang kreator sekaligus konsultan utama AJPAR, H. Amran, bersama rekan sejawatnya berbicara lugas dan penuh semangat di Hotel Athaya, Kota Kendari, Minggu (03/08/2025).

Kendari, Rakyatpostonline.com – Jika Anda merasa dompet menipis setiap kali memesan ojek, top up pulsa, atau belanja online, tenang, bukan Anda saja. Tapi jangan dulu mengira ini keisengan digital.

Bisa jadi Anda belum mengenal aplikasi “ajaib” satu ini, AJPAR (Aplikasi Jaringan Penggerak Amanah Rakyat). Terdengar seperti nama koperasi zaman dulu? Bisa jadi.

Tapi jangan remehkan, di balik nama itu, tersimpan mimpi besar: menyalakan kembali ekonomi rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, tanpa repot dan tanpa potongan saldo.

Dalam bincang santai tapi serius di Hotel Athaya, sang kreator sekaligus konsultan utama AJPAR, H. Amran, berbicara lugas tapi penuh semangat. Katanya, “Ini bukan aplikasi latah. AJPAR hadir karena kami bosan jadi penonton di negeri sendiri.”

Cukup menohok, apalagi ketika ia menyebut dominasi aplikasi asing sebagai “penyedot dana ke luar negeri tanpa ampun” mirip vampir digital berkedok promo.

Lahir belakangan bukan berarti ketinggalan zaman. AJPAR mengklaim sebagai aplikasi “terakhir tapi mutakhir”.

Dan klaim itu bukan isapan jempol, dari layanan ojek, belanja, transfer, token listrik, jual-beli properti, sampai bayar PBB dan retribusi pasar semuanya ada dalam satu genggaman. Bahkan jual beli tanah pun tinggal klik.

“Kami ingin rakyat bisa pegang ponsel, bukan hanya untuk scroll TikTok, tapi juga untuk hidup sejahtera,” kata H. Amran, disambut tawa optimistis awak media.

Tidak ada potongan saldo top-up. Tidak ada saldo minimum. Tidak ada markup harga. Bahkan potongan driver cuma 3-8 persen (dibanding kompetitor yang bisa makan sampai 40 persen).

Transfer antarbank? Cuma Rp1.500. Transfer sesama AJPAR? Gratis, Bung!
Slogan mereka “Download Sekali, Untung Berkali-kali” jelas bukan sekadar gombalan marketing. Ini strategi nasionalisme digital, versi millenial dan tanpa perlu orasi di lapangan.

AJPAR juga menyematkan layanan keummatan seperti BAZNAS dan LAZISMU. Satu klik, bisa jadi pahala. Tidak hanya menyejahterakan dunia, tapi juga akhirat.

Sekaligus bisa pesan kopi dan bayar PDAM. Inilah bentuk kesalehan digital yang belum tentu dipahami oleh unicorn-unicorn luar negeri.

Dari Warung Kopi ke Dunia Properti

Yang lebih gila lagi: AJPAR juga membuka lapak properti. Jadi, setelah beli gorengan di warung AJPAR, siapa tahu Anda bisa sekalian nyicil tanah kavling.

Ini seperti menyatukan kebutuhan harian dan mimpi jangka panjang dalam satu aplikasi. Warung tetangga Anda pun bisa jadi mini ATM. Bayangkan tetangga yang dulunya hanya jual pulsa kini bisa mencetak tiket kereta dan terima transfer luar negeri.

Tentu, jalan menuju kemandirian digital tak semulus jalan tol. Tantangan datang dari kebiasaan masyarakat, dominasi platform besar, dan mentalitas konsumtif.

Namun, AJPAR menjawab dengan pendekatan merakyat: tanpa gaya, tanpa markup, dan tanpa jebakan diskon.

Jika Anda masih ragu, ingat pesan H. Amran yang menggugah, “Kalau terus kita biarkan uang mengalir ke luar negeri, kapan giliran ekonomi kampung kita tumbuh?”.

Lokal Bukan Lagi Sekadar Pilihan, Tapi Keberpihakan

AJPAR hadir bukan hanya sebagai alternatif, tapi sebagai perlawanan halus terhadap dominasi digital asing. Bukan hanya aplikasi, tapi gerakan.

Di tangan rakyat yang selama ini hanya jadi target pasar, kini ada alat untuk kembali jadi pelaku ekonomi.

Jadi, kalau Anda ingin mendukung UMKM, bantu driver lokal, bayar tagihan tanpa drama, atau sekadar ingin aplikasi yang tidak nyedot saldo tiap klik, mungkin sudah saatnya Anda beri ruang untuk AJPAR di ponsel Anda.

Karena kemandirian digital bukan hanya soal teknologi. Ini tentang siapa yang benar-benar kita beri ruang hidup di layar ponsel kita. (**)


Laporan : Syaifuddin 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Hubungi Admin!