Banjir di Hilir Konawe Utara, Pemerintah Diminta Tinjau Ulang Amdal PT SCM di Routa

Personel Satpol-PP Konawe Utara menggendong Lansia turun dari rakit pincara Akibat banjir di Jalan Trans Sulawesi di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Konawe Utara (Konut).

Konawe Utara, Rakyatpostonline.com – Banjir yang terjadi di wilayah hilir Sungai Lalindu, khususnya di Desa Padalere Utama dan Jalan Trans Sulawesi di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara (Konut) Sulawesi Tenggara (Sultra) berdampak signifikan.

Masyarakat mendesak agar pemerintah segera meninjau ulang dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang beroperasi di wilayah hulu, tepatnya di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe.

Desakan ini muncul akibat dugaan bahwa aktivitas pertambangan PT SCM telah berkontribusi terhadap perubahan tata air dan ekosistem yang memicu luapan sungai dan banjir bandang ke wilayah hilir Konut.

Baca Juga :  Tak Efektif, Jembatan Bailey BPJN Sultra Hanya Jadi 'Pajangan' di Sambandete
Kondisi Banjir dari Hulu Aktivitas pertambangan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang beroperasi di Desa Lalomerui, Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, terhempas ke hilir melalui Sungai Lalindu Konawe Utara (Konut).

Warga mengkhawatirkan bahwa jika tidak ada penanganan dan pengawasan serius, dampak lingkungan akan semakin parah dan mengancam keselamatan serta kesejahteraan masyarakat sekitar.

Menurut sejumlah masyarakat, keberadaan Amdal dan dokumen UKL/UPL bukan hanya formalitas, melainkan landasan utama yang mengatur tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk segera melakukan audit lingkungan secara menyeluruh dan terbuka, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Baca Juga :  Lusa, Komisi V DPR RI, Ridwan Bae, Terjun Langsung ke Lokasi Banjir di Sambandete
Warga Desa Padalare Utama nampak mempertahankan jembatan gantung mereka, agar tidak diterjang luapan air sungai, sebagai salah satu akses transportasi jantung ekonomi. (Foto: Screenshot)

“Banjir ini bukan hanya karena curah hujan. Kita harus melihat aktivitas di hulu, apakah alih fungsi lahan, pembendungan air, dan penambangan sudah sesuai dengan kaidah lingkungan. Pemerintah harus turun tangan dan mengevaluasi Amdal PT SCM secara serius,” ujar Sulaiman Alpamba salah satu warga Konut. Minggu (06/04/2025).

Masyarakat juga meminta agar hasil evaluasi Amdal dan UKL/UPL tersebut disampaikan secara transparan kepada publik, guna menjamin akuntabilitas serta mencegah dampak lanjutan di masa depan.

Baca Juga :  Desa Sambandete Keluarkan Tatib Operasional Rakit Jalan Trans Sulawesi, Konawe Utara

Pemerintah Provinsi dan pusat diharapkan tidak tinggal diam dan segera bertindak untuk Jeetbuzz menjaga keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan kelestarian lingkungan di Konawe Utara.

“Apabali kerusakan hutan kawasan dan lingkungan di kecamatan routa sebagai wilayah hulu, maka akan berdampak besar dan signifikan di wilayah hilir sungai Lalindu di Konawe Utara,” Pungkasnya. (**)


Laporan : Muh. Sahrul

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Hubungi Admin!